Pilih Universitas seperti Melamar Kerja



 
KOMPAS.com - Sejak anaknya duduk di kelas 10 (kelas I SMA), Atun S Purbo (45) sudah mulai mencari-cari universitas seperti apa yang kira-kira memenuhi kriteria untuk pendidikan lanjut anaknya. Kebetulan, si sempat melawat ke Amerika Serikat (AS). Kesempatan itu pun digunakannya untuk mengunjungi beberapa universitas, sekadar untuk melihat sistem pendidikan di negara itu.
"Bagi saya sama saja, anak mau sekolah di dalam atau di luar negeri, yang penting sekolahnya bermutu. Jadi, kalau ia memutuskan sekolah di luar negeri, haruslah di universitas yang berkualitas. Bukan cuma mengandalkan luar negerinya," kata Atun yang putra tertuanya itu baru saja kuliah di Kanada.
Memilih universitas di luar negeri perlu persiapan matang. Mendaftar ke universitas di luar negeri tak ubahnya melamar pekerjaan. Selain harus mencari tahu seluk-beluk universitas yang dituju, calon mahasiswa pun harus proaktif berkomunikasi dengan sekolah tersebut.
Biasanya, si calon diminta membuat esai singkat yang menggambarkan dirinya, mengapa ia tertarik melamar di universitas tersebut, dan mengapa dirinya pantas diterima di sana.
Ada acuan yang biasa dipakai untuk memilih universitas yang tepat di luar negeri; yaitu kualitas, faktor finansial, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling terkait erat.
Kualitas universitas
Untuk mengetahui kualitas sebuah universitas yang dituju, kita bisa meneliti peringkatnya di tingkat dunia melalui internet. Untuk tahap awal, bisa dimulai dengan mesin pencari Google. Dari sana, kita akan menemukan banyak versi, seperti USnews.com, university-list.net, Times Higher Education, Academic Ranking of World Universities (Shanghai Rankings). Juga, ada versi peringkat berdasarkan jurusan, seperti topuniversities.com.
Tentu saja, pemeringkatan tersebut tak perlu ditelan bulat-bulat, cukup sebagai ancar-ancar. Lagipula, kompetisi antaruniversitas umumnya sangat ketat sehingga skor satu universitas dengan yang lainnya hanya terpaut tipis.
Juga, tak usah terkesima dengan nama-nama besar universitas yang masuk kategori "Ivy League" (seperti Harvard dan teman-temannya). Untuk pendidikan dasar selama empat tahun (undergraduate), sebagian besar universitas yang, --katakanlah, masuk "50 besar dunia", umumnya mengajarkan kurikulum yang mutunya tak jauh berbeda.
Akan sangat membantu jika sejak kelas 10 atau kelas 11 (SMA), calon siswa sudah mengetahui bidang apa yang dia minati. Dengan demikian, ia bisa lebih dini menelusuri universitas mana yang memiliki ranking tinggi untuk jurusan itu.
Biaya kuliah dan lingkungan
Biaya kuliah (tuition fees) di universitas-universitas di Australia, Kanada, Inggris, dan juga universitas negeri di AS antara 18.000-30.000 dollar AS per tahun, tergantung jurusan yang diambil. Biaya tersebut hanya untuk perkuliahan, belum termasuk biaya akomodasi, transportasi, dan makan.
Untuk lebih irit dianjurkan mencari universitas yang memiliki asrama sendiri. Biasanya, mahasiswa tahun pertama diprioritaskan untuk memperoleh kamar asrama.
Tidak sedikit juga universitas yang menawarkan beasiswa kepada mahasiswa baru, minimal separuhnya. Pemberian beasiswa didasarkan pada nilai rapor siswa sepanjang SMP dan SMA, juga aktivitas ekstrakurikuler. Dengan kata lain, para penerima beasiswa biasanya bukan yang rapornya bagus saja, tetapi juga "gaul", seperti aktif berorganisasi atau punya keterampilan di bidang olahraga, menulis, musik, dan lainnya.
Terkadang, orangtua hanya memfokuskan perhatiannya pada kualitas universitas, tetapi lupa mencermati lingkungan tempat universitas itu berada. Padahal, bisa jadi soal ini menjadi faktor penentu keberhasilan studi anak. Apalah artinya diterima di universitas bergengsi, tetapi siswa bersangkutan stres akibat lingkungannya tidak mendukung.
Mendaftar
Jika informasi tentang sebuah perguruan tinggi telah lengkap dikantongi, bersiaplah melamar ke universitas tersebut. Karena umumnya perkuliahan dimulai bulan September, calon mahasiswa harus mendaftarkan diri 8-10 bulan sebelumnya (ketika siswa masih di awal kelas 12). Pengumuman diterima atau tidak di universitas bersangkutan bisa muncul sebelum siswa lulus ujian akhir sekolah.
Proses pendaftaran itu sendiri pada dasarnya tak banyak berbeda dengan mendaftar sekolah di dalam negeri. Namun, karena sistem pendidikan dan bahasa pengantar yang berbeda, diperlukan sejumlah dokumen dan sertifikat untuk membuktikan kemampuan pendaftar sesuai dengan persyaratan perguruan tinggi yang dituju.
Untuk program sarjana, jika ijazah sekolah menengah atas si anak setara dengan ijazah negara tujuan, dia bisa langsung masuk program tersebut. Bagi mereka yang berminat kuliah di AS, misalnya, dasar penilaian adalah rapor dan kinerja siswa dari SMP sampai SMA.
Selain itu, diperlukan pula nilai test of english as a foreign language (TOEFL) dan nilai IB (untuk sekolah yang bersertifikat IB/International Baccaulaureate), juga nilai SAT (student aptitude test) menjadi pertimbangan penting.
Namun, jika ijazah yang dimiliki tidak setara dengan negara tujuan, biasanya diperlukan program matrikulasi. Di Belanda sebagai contoh, untuk masuk universitas, seseorang harus memiliki ijazah voorbereidend wetenschappelijk onderwijs (sekolah menengah persiapan untuk universitas) atau yang setara. Calon mahasiswa asal Indonesia pun disyaratkan memiliki ijazah sekolah menengah atas ditambah dua tahun kuliah di Indonesia dengan transfer kredit atau menjalani ujian masuk universitas terkait.
Karena umumnya program sarjana di negeri itu menggunakan bahasa Belanda (kecuali kelas internasional), si calon mahasiswa perlu memiliki sertifikat kelulusan ujian nasional bahasa Belanda sebagai bahasa kedua. Umumnya universitas di Belanda menawarkan kursus untuk persiapan ujian tersebut.
Adapun pendaftar kelas internasional perlu menunjukkan sertifikat international english language testing system (IELTS) atau TOEFL dengan nilai sesuai persyaratan, kecuali jika berasal dari sekolah yang berbahasa pengantar Inggris.
Dokumen lain yang perlu disiapkan adalah daftar riwayat hidup, fotokopi paspor, salinan ijazah dan daftar nilai yang diterjemahkan dan dilegalisir. Pendaftaran dilakukan sesuai petunjuk dan permintaan dari musing-musing universitas.
Izin tinggal
Untuk belajar di Belanda, mahasiswa asing perlu memiliki visa. Untuk masa tinggal lebih dari tiga bulan, Belanda mensyaratkan izin tinggal sementara (Machtiging tot Voorlopig Verblijf/MW) yang harus diurus di Kedutaan Besar atau Konsulat Belanda. Perlu diingat, bahwa tujuan tinggal yang tercantum pada MW dan aplikasi izin tinggal harus sama. Izin tinggal biasanya diberikan untuk jangka waktu satu tahun dan bisa diperpanjang.
Dokumen yang diperlukan untuk pengajuan MW adalah paspor yang masih berlaku, surat penerimaan dari sekolah tinggi atau universitas di Belanda, surat dari sponsor (jika menerima beasiswa) atau bukti dapat memenuhi kebutuhan jika belajar dengan biaya sendiri (surat pernyataan dari bank di Belanda atau bank internasional yang menunjukkan kecukupan jumlah tabungan, sekitar 700-800 euro per bulan), serta salinan akta kelahiran yang diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah dan dilegalisir.
Penerjemah tersumpah banyak terdapat di kota-kota besar. Mereka biasanya meninggalkan kartu nama di kantor informasi pendidikan atau bisa dicari lewat internet.
Untuk Belanda, evaluasi ijazah asing pendidikan menengah dan tinggi dilakukan oleh Nuffic Neso sebagai Pusat Informasi untuk Pengakuan Akademik Nasional Belanda atau Dutch National Academic Recognition Information Centre (NARIC).

1 comment

ilham | 15 Juli 2022 pukul 17.12

terima kasih telah berbagi pengalamannya, memang benar mau kuliah di luar atau didalam negri pun itu tidak apa-apa, yang terpenting tidak melupakan tanah air sendiri

Posting Komentar